Oleh: Dr. H. Agustin Hanafi, Lc. MA
“yang perlu disadari dan disampaikan kepada anak dan keluarga terdekat bahwa berbagai perangkat berteknologi canggih itu umumnya diciptakan dan diproduksi oleh negara non muslim. Boleh jadi, mereka memiliki misi dan target tersendiri semisal agar pemuda muslim menjadi pemalas dan kurang antusias untuk belajar, malas menunaikan salat, minim prestasi dan semakin tertinggal dalam segala hal.”
Saat ini teknologi informatika dan elektronika maju begitu pesat, apa yang terjadi di belahan bumi ini dapat langsung kita saksikan seketika, tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan detik informasinya sudah dapat kita ketahui melalui layar Handphone mengenai sebuah peristiwa yang terjadi entah itu sebuah bencana, berita kematian, dan lain-lain.
Teknologi memudahkan seseorang untuk memperoleh informasi, meringankan dan memudahkan menghendel tugas pekerjaan karena tidak membutuhkan waktu lama dan berbelit-belit. Namun di sisi lain teknologi memberikan pengaruh negatif terutama terhadap keluarga jika orang tua abai dan tidak peduli terhadap keluarganya. Karena semuanya dapat diakses begitu mudahnya sehingga anak-anak keranjingan menghabiskan waktu secara sia-sia, mudah terpengaruh, mem-bully, berkata kasar, bahkan banyak content yang tidak layak ditonton oleh anak di bawah umur karena mengandung pornografi.
Di sisi lain mudah bagi seseorang berkenalan dengan orang lain, mengintip akun yang dimilikinya, dapat melihat foto-fotonya langsung sehingga begitu mudahnya membuat rasa takjub dan kagum walaupun belum pernah berjumpa sama sekali. Artinya teknologi memudahkan komunikasi, mendekatkan yang jauh dan membuat dunia seakan dalam genggaman.
Di sisi lain yang perlu diwaspadai adalah bahwa keharmonisan rumah tangga dapat terganggu jika pasangan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Handphone-nya. Lebih perhatian dengan temannya yang jauh nun di sana bahkan belum pernah ketemu sekalipun tetapi sudah bucin dan sering berkirim kabar, tersenyum dan tertawa sendiri, tenggelam dalam chat-nya sehingga lupa akan status sendiri yang sudah memiliki istri dan anak. Akibatnya, suasana rumah tangga menjadi gersang, hambar bahkan bisa bubar karena perhatian satu sama lain berkurang, komunikasi terhambat karena masing-masing mencari kenyamanan sendiri. Maka tidak heran kasus perselingkuhan dan angka perceraian saban hari meningkat tajam padahal usia pernikahan masih seumur jagung.
Maka perlu cerdas dalam menggunakan teknologi, jangan sampai kita dikendalikan dan kecanduan sehingga lupa diri tetapi kitalah yang bisa mengontrol, memfilter mana kira-kira baik yang dapat diambil manfaatnya. Jangan ketika di rumah pun masih fokus saja dengan Handphone yang kebetulan tidak ada yang mendesak dan urgen sehingga pasangan hidup dan anak kita merasa terabaikan. Sehingga mereka semakin menjauh dan mencari kenyamanan sendiri karena keberadaannya tidak diperdulikan.
Dalam rumah tangga, komunikasi antara suami-istri, anak seharusnya dibangun secara intensif dan terbuka, dan waktu yang sungguh mahal itu dapat dimanfaatkan sebagai ajang untuk bercengkrama dan bersenda gurau dengan keluarga sehingga suami-istri selalu merasakan kehangatan dan merasa diperhatikan. Suami menanyakan aktivitas istri selama ditinggal pergi bertugas, dan kesukaran apa yang dihadapinya selama ini, sehingga berupaya untuk meringankan beban istri, harapan yang sama juga dicontohkan istri terhadap suami.
Begitu juga hubungan antara orang tua dan anak, kebersamaan dengan mereka bisa dimanfaatkan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran, meminta dan berbagi pendapat, bercanda dan tertawa, sehingga anak merasa dihargai dan diperhatikan yang pada akhirnya dapat menumbuhkembangkan rasa takzim kepada orang tuanya karena merasa dekat dan nyaman.
Kemudian yang perlu disadari dan disampaikan kepada anak dan keluarga terdekat bahwa berbagai perangkat berteknologi canggih itu umumnya diciptakan dan diproduksi oleh negara non muslim. Boleh jadi, mereka memiliki misi dan target tersendiri semisal agar pemuda muslim menjadi pemalas dan kurang antusias untuk belajar, malas menunaikan salat, minim prestasi dan semakin tertinggal dalam segala hal. Kemudian, akibat kemajuan teknologi informasi, tidak jarang fitnah disuguhkan sebagai kebenaran, maksiat dikemas dalam hiburan, dan keburukan manusia menjadi siaran. Maka dalam penyebaran berita sering tidak diketahui sumber informasi dan penyebarnya secara jelas, karena setiap orang punya tujuan yang dapat mempengaruhi atau mengacaukan pikiran para pembaca dan penontonnya sehingga banyak beredar berita hoax.
Untuk itu mari membentengi keluarga dari pengaruh teknologi sebagaimana yang telah diulas diatas melalui pendampingan terhadap anak, kontrol, dan juga hadir untuk keluarga sehingga mereka menggunakannya untuk hal-hal positif, dapat memfilter secara baik, bisa memilah dan milih berita mana informasi yang bermanfaat. Wallahu A`lam bil Sawab
Editor: Diffa Cahyani Siraj